Thursday, 19 April 2018

Tentang Ayah

Bolehkah aku membenci dan melupakan mu Ayah ?

Orangtua merupakan tumpuan bagi setiap anak. Memiliki orangtua yang lengkap adalah keinginan setiap anak di muka bumi ini, tak terkecuali denganku. Namun, takdir berkata lain bagiku. Dari mulai aku kecil aku tak pernah mengenal bagaimana seorang ayah itu, karna aku tak pernah merasakan kasih sayang darinya. Aku hidup dari sosok anak yang tumbuh tanpa peranan seorang Ayah. Memang semua terbayang sangatlah berat namun kini telah ku lalui semua hingga aku tumbuh menjadi seorang remaja yang kuat dan tegar dalam menghadapi persoalan hidup. Tanpa kehadiran sosok ayah yang mendampingi ku tentu ada sosok lain yang menggantikannya tidak lain dan tidak bukan adalah ibu. Ibu bagi ku adalah sosok luar biasa yang memiliki peran ganda oleh keadaan, ia menjadi sosok ibu yang penuh kasih sayang dalam merawat anaknya hingga menjadi sosok perkasa mencari nafkah untuk membiayai kehidupan keempat anaknya.

Memang aku tak pernah kekurangan kasih sayang karena ibu telah memberikan sayang yang lebih kepada ku namun tak bisa dipungkiri kehadiran sosok ayah sangat ku rindukan.
Pernah suatu ketika disaat aku masih berada di bangku SD aku mengalami pergejolakan yang begitu dahsyat, aku tidak tahu apa dan siapa itu sosok ayah sehingga membuat aku bertanya dan terus bertanya. Hal ini berawal ketika masih kelas 1 SD yang setiap harinya sering bernyanyi bersama saat hendak pulang sekolah dan disaat itu yang dinyanyikan adalah lagu yang sangat identik dengan anak-anak. Karena sangat senang, aku pun ikut bernyanyi bersama-sama.
“Satu-satu aku sayang ibu, dua-dua aku sayang ayah, tiga-tiga sayang adik kakak, satu dua tiga sayang semuanya.”
Nah, yang mengganjal di benak ku siapakah sosok ayah yang ada pada lirik lagu ini.
Aku ingat saat aku bertanya pada ibuku pertama sekali karna aku belum sekalipun saat masih kecil melihat sosok ayah ku.
"Bu, ayah dimana? kok gak pernah ada dirumah?"
“Ayah kamu lagi kerja nak,” jawab ibu sambil meneteskan air matanya.
“Kok gak pulang-pulang sih bu? terus ibu kok menangis?” tanya ku kembali.
“Ayah kamu lama pulang sayang, mungkin dia lagi sibuk. Kamu jangan tanya-tanya ayah lagi,” jawab ibuku sambil meneteskan air matanya.
“Ia bu, tapi ibu jangan nangis lagi ya,” ujar ku sambil mengusap air mata yang terus menetes membasahi pipi ibuku.

Sampai akhirnya aku tau saat kutemukan surat perceraian didalam lemari ibuku dan aku memberanikan diri untuk bertanya. Ternyata ayah selama ini telah mempunyai istri dan bahkan anak 4. Saya benar-benar tidak menyangka. Jujur kadang saya iri dengan orang lain yang bahagia bersama ayah nya. Walaupun saat kecil dulu, saya selalu di ejeki teman-teman karna saat ada acara apapun, ibu saya selalu datang sendiri. Beda dengan mereka, yang orangtuanya selalu bersama. Saya sedih melihat ibu saya. Sebenarnya dulu ada yang menyukai ibu saya dan ingin menikahinya, tapi ibuku menolak. Disitu aku dapat belajar bahwa ibu ku adalah orang yang setia. Ia kuat menjalani hidup membesarkan kami hingga sekarang. Aku selalu menangis ketika melihat ibu ku tidur. Kadang pernah terlintas dipikiran ku, jika Tuhan mengambil ibu ku, sungguh hidupku bisa dibilang hancur dan rapuh.
Mungkin saat ini aku belum bisa membahagiakan mu tapi jujur aku ingin suatu saat nanti kuwujudkan impianku membahagiakanmu . 

Keadaan ini memotivasi diriku agar aku belajar segiat mungkin untuk membahagiakan ibu dan membuat perjuangannya selama ini tidak sia-sia. Dan aku berjanji kelak jika aku telah selesai dari pendidikan ku, aku akan bekerja untuk mendapatkan gaji yang lebih besar dan membahagiakan ibu ku yang telah berjuang untuk ku. Masalah ayahku kini meninggalkan pertanyan besar di benakku “Boleh kah aku membenci dan melupakan mu ayah?”
Namun semua itu tidak ada guna nya . Karena saat ini orang yang kusayang dan ku cinta cuman kau "IBU.” Jangan pergi meninggalkan ku duluan, karna jujur aku tak sanggup jika kehilanganmu. Maaf kalo selama ini aku tidak cerita apa - apa tentang ku bagaimana diluar sana .

Percayalah padaku, apapun masalahku tak akan pernah kumerepotkan mu. Aku berjanji akan bahagiakan mu dengan cara ku sendiri, dan meminta Tuhan mewujudkan nya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home