Wednesday, 25 April 2018

Antara Senja Dan Hujan


Dua hal yang bertolak belakang. Yang satu menawarkan romantisme dingin dan sendu, sedangkan yang satu lagi melankolisme hangat dan tenang. Meski keduanya bisa menjadi terjemahan dari rindu, pilu, benci, dan cinta. Oh!!! Apalagi kenangan! Aku sebenarnya tak lebih bingung dari kamu. Kenapa? Sini aku ceritakan...

Tentang Senja

Merah kuning yang membara, tetapi tetap santun. Semangat yang berapi api, tetapi seolah teredam. Senja yang muncul sebentar untuk menghangatkan, sekilas menawarkan ketenangan. Lalu sedetik kemudian dilibas oleh kelam menuju malam. Gelaplah cakrawala, tanpa sisakan nyala. Senja adalah jeda singkat. Di sekian nama tak berarti, yang tak menetap, tetapi sempat lewat meski bukan berarti terlewat. Nama nama itu tetap ada. Di tempatnya yang semula. Itulah senja. Ia mengajarkan kita agar menghargai sesuatu yang hanya sekejap. Untuk kemudian kembali pada kenyataan, melanjutkan apa yang ada.

Tentang Hujan

Bulirnya yang basahi bumi, seolah mengajarkan kita untuk terus tabah. Tabah dalam memberi, karena memberi bisa hilang bagai tak berarti. Tabah dalam memberi, karena dari memberi kita belajar keikhlasan. Hujan adalah keikhlasan. Keikhlasan karena ia mendukung aksara tergelincir dari lisan sang empunya, seolah terus menerus menjatuhkan bulir kenyataan dan repetisi dari hal hal yang tak mungkin kembali. 

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home