Wednesday, 2 May 2018

Cerita Ibuku : Perjuangan Mu Yang Hanya Sendiri Tanpa Didampingi Ayah



Dia Ibuku, wanita terhebat di dunia yang aku punya saat ini. Ibu, sosok yang melahirkan kita bertaruh nyawa dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Ibu, sosok yang rela menyisihkan makanan kesukaannya untuk diberikan pada kita yang juga menyukainya. Ibu, sosok yang tak mengeluh meski harus terjaga hingga larut, memastikan kita sudah sampai rumah dengan selamat.  Tidak ada kata yang lebih tepat diucapkan selain kata: "Terima Kasih.”
Ya sebagai anak, sudah sepatutnya aku mengucapkan kata itu sesering ku bisa. Terima kasih karena Ibu sudah rela menahan mual selama awal kehamilan. Terima kasih pula karena Ibu sempat merasakan beratnya membawa aku kemana pun pergi selama diriku tinggal di dalamnya. Bahkan setelah lahir, perjuangan Ibu tak lantas jadi lebih mudah. Entah ada berapa jam tidur Ibu yang tersita karena meladeniku yang sering haus dan kelaparan.
Ketulusan yang kau punya yang kukagumi darimu. Walau beberapa orang menyakitimu karna keadaan mu sekarang, tapi kau tetap tulus kepada mereka. Dan itu yang ingin aku ajarkan pada diriku sendiri. Aku tidak tau harus memulai kata - kata darimana untuk mengungkapkan betapa beruntungnya aku memilikimu ibu. Kau adalah wanita terbaik yang pernah ada Tuhan berikan padaku didunia. Kau yang selalu setia menjaga dan merawatku dari kecil hingga sekarang, tak terkira kasih sayang mu padaku. Dari kecil aku tak pernah merasakan kasih sayang dari ayahku sendiri, ia sibuk dengan keluarga baru nya di sana. Dari kecil aku selalu bertanya kepadamu, dimana ayah? kenapa tidak pernah pulang? tapi kau selalu menjawabnya, "ayahmu masih kerja nak", tidak tau kapan pulang. Sampai akhirnya aku tau setelah aku tumbuh menjadi seorang remaja sekarang. Aku tahu kau berbohong padaku agar aku tidak bersedih dan mencari ayahku. Aku bingung dengan ayahku. Kenapa ia bisa meninggalkan ibu ku, yang sangat baik hati, mulia dan selalu menjaga kami. Apakah karna harta ayah yang banyak, ayah bisa mendapat kebahagiaan diluar sana? Aku tau ayah suatu saat nanti akan menyesal jika melihat kami sudah tumbuh besar dan menjadi orang sukses nantinya. Ibu ku tidak pernah menyuruhku untuk membencimu Ayah. Dia hanya berpesan kepadaku, agar jika aku sudah sukses nanti, aku disuruh menemuimu. Sekedar untuk mengucapkan bahwa ibu baik - baik aja disini tanpamu Ayah.
Kita sama-sama tahu bahwa kita tidak berasal dari keluarga serba mampu. Menjalani peran sebagai perempuan pekerja dan berkeluarga tentu bukanlah hal mudah. Di setiap subuh, Ibu sudah dipastikan sibuk menyiapkan makanan untuk disantap saat sarapan. Setelah itu dirimu juga masih harus memeriksa seluruh kebutuhan sekolah kami agar tidak ada yang tertinggal. Terkadang, karena kesibukan Ibu justru sering tak sempat mengurus diri sendiri. Ibu menafkahi kami semuanya sendirian. Kerjaan apapun yang halal dan tak kenal lelah kau selalu bekerja. Banyak kerjaan yang sudah kau alami dan banyak pengalaman yang engkau dapatkan. Aku belajar banyak hal darimu, mulai engkau lebih perhatian pada kami semua daripada dirimu sendiri. Bahkan engkau akan sedih jika kami bercerita kami mempunyai masalah ditempat kerja. Engkau selalu mengajari agar dapat bersabar menjalani hidup. Karna usaha yang dilakukan saat ini akan berupah suskes nantinya jika kami mau berusaha dan tak mudah menyerah .

Selain masalah pembagian waktu bekerja dan keluarga, hal lain juga membuat Ibu semakin mempesona di mataku adalah cara Ibu mengalahkan keinginan pribadi untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Dengan uang yang terbatas, dirimu selalu pintar membagi uang yang ada. Kita tidak bisa seenaknya menggunakan uang bila tak ingin dana yang tersedia habis sebelum waktunya.
Sebagai perempuan ibu tentu memiliki banyak kemauan. Membeli baju baru, mengenakan aksesoris yang cantik, atau sekadar menggunakan parfum pasti pernah terlintas di kepalamu. Namun semua keinginan tuk lantas menjadikan Ibu memenangkan ego pribadi. Dirimu tetap memprioritaskan kebutuhan anak-anakmu ini. Aku tidak akan pernah lupa dengan pesan mu “Kalau kau menginginkan barang itu tapi masih ada yang lebih penting dari itu, tundalah dahulu. Utamakan kepentingan yang lain, dan jangan biarkan dirimu senang sesaat." Padahal sebetulnya bila mau egois ibu bisa saja membelanjakan uang sesuai kemauan. Tentu tidak ada yang bisa melarang kala Ibu ingin membeli satu atau dua barang yang memang diinginkan. Tapi Ibu tetaplah perempuan yang mengagumkan.

Dengan segala keterbatasan yang dirimu miliki, engkau memberikan hal terbaik yang bisa dilakukan. Semua kerja kerasmu semakin membuatku percaya bahwa kasihmu memang luar biasa. Rasa lelah, sakit, dan cara mu mengalahkan seluruh rasa ego membuat sosokmu terasa begitu hebat di mataku.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home