Tuesday, 8 May 2018

Sekarang Aku Ikhlas


Kau pergi dan aku rindu. Kau pergi jauh dan aku tak mampu menggapainya. Kau hilang meninggalkan kesendirian. Kau pergi disaat aku belum benar-benar bisa mendewasakan diri. Apa ini caramu untuk melatih kedewasaanku? Kenapa kamu pergi, padahal aku selalu disini. Tak  pernah aku berniat meninggalkanmu sendiri. Andai kamu tau seperih apa ditinggalkan, mungkinkah kamu tak akan meninggalkan aku? Tapi kenyataan terpahit adalah setelah kepergianmu ada sahabat baru bernama rindu. Kata yang tadinya tak aku perlukan ketika kau masih di sampingku. Kata yang tak ingin aku ucapkan, tapi pada akhirnya menghampiriku juga.
Sekeras apa aku menolak, dia hadir juga bersama bayanganmu yang terus datang tanpa mau pergi. Atau mungkin bayanganmu telah terlepas dari dirimu, dan menetap di sini?
Bahkan kerinduan itu melebihi sisa usiaku. Silahkan kalau tak percaya kau hitung sendiri, kaupun juga akan membutuhkan waktu sampai kita 'bertemu'.
Karena kerinduan itu setiap jam, menit, detik selalu hadir dalam ingatanku. Tersenyum bersama bayanganmu. Menghadirkan kembali moment-moment indah bersama. Aku percaya rinduku telah menembus langit. Ia melesat meskipun aku masih berpijak dibumi. Karena kerinduanku telah menempati puncak tertinggi dalam hidupku. 

Jika rindu itu kelabu, aku harap kelabu itu adalah awan. Jika tak menjadi hujan, setidaknya ia bisa membawaku kepadamu.

Perpisahan bukanlah akhir, akan ada pertemuan selanjutnya. Akhirnya mau tak mau, meskipun rindu menahanku, aku tak ingin kau terpenjara oleh kerinduanku. Biarlah aku yang merasakan, aku tak apa.

Aku percaya perpisahan bukanlah akhir dari segala-galanya. Baik itu perpisahaan raga maupun jiwa. Akan ada dimensi keabadian yang nanti mempertemukan kembali. Maka aku nikmati rindu ini. Sebanyak dan sedalam apapun rindu ini, adalah bukti bahwa kau memang benar-benar yang terbaik yang pernah ada di hidupku. Dan sekarang aku mengikhlaskan kau pergi 
"SELAMAT TINGGAL"

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home