Kau pergi dan aku rindu. Kau pergi
jauh dan aku tak mampu menggapainya. Kau hilang meninggalkan kesendirian. Kau
pergi disaat aku belum benar-benar bisa mendewasakan diri. Apa ini caramu untuk
melatih kedewasaanku? Kenapa kamu pergi,
padahal aku selalu disini. Tak pernah aku
berniat meninggalkanmu sendiri. Andai kamu tau seperih apa ditinggalkan,
mungkinkah kamu tak akan meninggalkan aku? Tapi kenyataan terpahit adalah
setelah kepergianmu ada sahabat baru bernama rindu. Kata yang tadinya tak aku
perlukan ketika kau masih di sampingku. Kata yang tak ingin aku ucapkan, tapi
pada akhirnya menghampiriku juga.
Sekeras apa aku menolak, dia hadir
juga bersama bayanganmu yang terus datang tanpa mau pergi. Atau mungkin
bayanganmu telah terlepas dari dirimu, dan menetap di sini?
Bahkan kerinduan itu melebihi sisa
usiaku. Silahkan kalau tak percaya kau hitung sendiri, kaupun juga akan
membutuhkan waktu sampai kita 'bertemu'.
Karena kerinduan itu setiap jam,
menit, detik selalu hadir dalam ingatanku. Tersenyum bersama bayanganmu. Menghadirkan
kembali moment-moment indah bersama. Aku percaya rinduku telah menembus langit.
Ia melesat meskipun aku masih berpijak dibumi. Karena kerinduanku telah
menempati puncak tertinggi dalam hidupku.
Jika rindu itu kelabu, aku harap kelabu itu adalah
awan. Jika tak menjadi hujan, setidaknya ia bisa membawaku kepadamu.
Perpisahan bukanlah akhir,
akan ada pertemuan selanjutnya. Akhirnya mau tak mau, meskipun rindu menahanku,
aku tak ingin kau terpenjara oleh kerinduanku. Biarlah aku yang merasakan, aku
tak apa.
Aku percaya perpisahan bukanlah akhir
dari segala-galanya. Baik itu perpisahaan raga maupun jiwa. Akan ada dimensi
keabadian yang nanti mempertemukan kembali. Maka aku nikmati rindu ini. Sebanyak
dan sedalam apapun rindu ini, adalah bukti bahwa kau memang benar-benar yang
terbaik yang pernah ada di hidupku. Dan sekarang aku mengikhlaskan kau
pergi
"SELAMAT TINGGAL"
Comments
Post a Comment