Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2018

Terima kasih karena telah menjadi Sahabat Sejati

Terkadang, jarak memang memisahkan kita. Ada kalanya kita tidak saling kontak karena kesibukan satu sama lain. Tapi aku tahu, setiap aku butuh, kamu selalu ada untuk aku meski kita terpisah jauh. Terima kasih untuk setiap  acara pergi, serta terima kasih kamu selalu ada meski aku sedang sedih. Kita berjanji, susah senang, kita selalu bersama. Aku percaya, segala rahasiaku selalu aman bersamamu. Ada setiap momen di antara kita, entah momen itu bahagia atau tidak, dan kita tidak pernah peduli akan hal itu. Kita  sharing  cerita-cerita bahagiamu padaku. Tak bisa kubayangkan, hidupku tanpa kalian. Pasti tidak akan bahagia dengan berbagai pengalaman yang seru. Aku tahu, ada beberapa permintaanku tidak membuat kalian nyaman. Tapi, kalian tidak peduli akan hal itu. Meski jam sibuk dan kalian masing masing sudah memiliki janji lain, kalian mau membatalkannya untukku yang sedang bermasalah. Terima kasih untuk segala pengorbananmu ini. Terkadang kalian juga mendengarkan cerita-cerita ya

Senja Adalah Akhir Sebuah Hari

Senja adalah akhir dari sebuah hari, membuat apa-apa yang telah terjadi menjadi sebuah rangkaian cerita yang terususun rapi. Seperti puzzle yang harus dirangkai agar terbentuk rupa yang dapat dikenali, kisah-kisah dihari itu yang akan menjadi kenangan dikemudian hari. Senja yang setelahnya tentu sang malam akan tiba. Sang langit tak lagi peduli pada mentari yang telah pergi, sebab ia hanya peduli pada perjumpaannya dengan sang rembulan. Walau begitu, senja tak pernah marah, ia hanya sunyi. Menyembunyikan segala ceritanya sendiri, entah bahagia atau luka. Dari senja itu aku belajar menghargai rasa sunyi dan sepi. Tidak selalu aku akan bersama orang yang kupilih. Tidak selalu orang yang kupilih juga memilihku. Terkadang Tuhan membuat apa-apa yang begitu kita sayang pergi, bukan karena Tuhan tak peduli. Bukan. Tuhan bahkan lebih peduli melebihi diri kita sendiri. Tuhan menghadiahkan kesendirian untukku, memberikan sebuah rasa sunyi agar aku menjenguk diri sendiri. Agar aku peduli

Terlalu Nyaman

Kamu adalah langitku. Langit yang selalu meneduhkanku, menemaniku kapanpun dan dimanapun aku berada. Langit biru yang selalu bisa menenangkan hatiku. Jika cahaya selalu menerangi, akan selalu dapat kunikmati indahmu. Namun hari tak selamanya siang. Aku terlalu nyaman hingga aku lupa jika malam pun akan datang. Senjalah yang menjadi penanda. Katakan saja akulah mentari itu, yang jatuh cinta padamu hai langit. Seperti titah Tuhan, ada mentari, ada pula sang rembulan. Aku melupakan kehadirannya yang meminta senja menjemputku. Ya, aku harus menenggelamkan diri agar sang rembulan dapat memikat sang langit, menunjukkan cahaya indahnya, rupa cantiknya, yang hadirnya selalu diiringi kelip bintang-bintang angkasa. Seperti itulah aku dan kamu, aku yang terlena dan terlalu nyaman akan hadirmu yang sekian lama menemaniku. Aku memang tak lagi peduli pada apa-apa yang menggodaku. 

Merenung Saat Senja Datang

Ketika mentari sudah mulai tenggelam, ada banyak hal yang dapat kita lakukan. Salah satunya adalah mengevalusi diri. Senja mengingatkan kita tentang apa yang sudah terjadi selama hari ini, dan apa yang akan kita lakukan esok hari. Senja menjadi waktu yang tepat untuk berharap agar esok kita masih dapat membuka mata dan melihat dunia. “Semoga esok aku masih bisa membuka mata dan menikmati senja seperti hari ini.” Pernah aku duduk di sini sendirian menatap senja. Membunuh waktu yang kadang membosankan. Mengusir segala kepenatan dalam diri seraya berkata : “Jika senja saja masih setia aku tunggu, apalagi kamu. Sampai kapan pun aku terus menunggumu, dan berusaha agar kamu mengetahuinya. Berharap kamu berada di sampingku kala senja” Ada banyak hal yang dapat kita rasakan kala senja menemani waktu kita bersama. Tak lupa ada banyak cerita yang bisa kita ceritakan kala senja menyapa kita.

Antara Senja Dan Hujan

Dua hal yang bertolak belakang. Yang satu menawarkan romantisme dingin dan sendu, sedangkan yang satu lagi melankolisme hangat dan tenang. Meski keduanya bisa menjadi terjemahan dari rindu, pilu, benci, dan cinta. Oh!!! Apalagi kenangan! Aku sebenarnya tak lebih bingung dari kamu. Kenapa? Sini aku ceritakan... Tentang Senja Merah kuning yang membara, tetapi tetap santun. Semangat yang berapi api, tetapi seolah teredam. Senja yang muncul sebentar untuk menghangatkan, sekilas menawarkan ketenangan. Lalu sedetik kemudian dilibas oleh kelam menuju malam. Gelaplah cakrawala, tanpa sisakan nyala. Senja adalah jeda singkat. Di sekian nama tak berarti, yang tak menetap, tetapi sempat lewat meski bukan berarti terlewat. Nama nama itu tetap ada. Di tempatnya yang semula. Itulah senja. Ia mengajarkan kita agar menghargai sesuatu yang hanya sekejap. Untuk kemudian kembali pada kenyataan, melanjutkan apa yang ada. Tentang Hujan Bulirnya yang basahi bumi, seolah mengajarkan kita

I am Sorry

         Senin kemarin, 23 April 2018  tepatnya hal yang tak diinginkan terjadi. Kesalahan yang telah kubuat sendiri telah membuat orang lain tersakiti dan bahkan ia sampai dijauhi. Mungkin aku betul-betul ingin sendiri dan sendirian menangis menyesali hari itu yang membuat semuanya seakan beda. Beda dari yang kukira. Aku gengsi jika dilihat menangis. Tapi jujur aku ingin memaki diri ku sendiri. Berawal dari sikapku yang menyakiti beberapa diantara mereka.         Jika omongan dan perbuatan ku menyakiti orang-orang, aku menyesal dan berusaha menjauh agar tak ingin lagi terulang untuk kedua kali Nya. Tidak saling bertemu merupakan cara yang baik untuk menciptakan jarak dan membuat kamu menyadari bahwa aku memang bersungguh-sungguh ingin menjauh. Aku ingin memberi  waktu untuknya menenangkan diri dan terbiasa dengan ketidakhadiran ku. Sahabat terbaik mungkin sulit untuk ditemukan bahkan berat juga untuk saling meninggalkan dan memang mustahil untuk saling melupakan. Tapi jujur aku

Senja Itu Indah

Setiap sore, aku hanya ingin menatap senja. Bukan untuk mencari arti, tapi aku sangat menikmati ketika senja itu datang menghampiri. Senja adalah keindahan nyata yang Tuhan ciptakan dan aku hanyalah seorang penikmat senja. Senja begitu bermakna bagiku. Dimana saat aku menatap senja, aku bisa tersenyum bahagia melihat indahnya dan membuatku merasa tak ada beban.       Ketika senja melukiskan keindahan nya, maka saat itu aku berharap agar diriku mampu menuangkan rasa cinta yang ku punya untuk seseorang yang suatu saat menjadi milikku. 

Tentang Ayah

Bolehkah aku membenci dan melupakan mu Ayah ? Orangtua merupakan tumpuan bagi setiap anak. Memiliki orangtua yang lengkap adalah keinginan setiap anak di muka bumi ini, tak terkecuali denganku. Namun, takdir berkata lain bagiku. Dari mulai aku kecil aku tak pernah mengenal bagaimana seorang ayah itu, karna aku tak pernah merasakan kasih sayang darinya. Aku hidup dari sosok anak yang tumbuh tanpa peranan seorang Ayah. Memang semua terbayang sangatlah berat namun kini telah ku lalui semua hingga aku tumbuh menjadi seorang remaja yang kuat dan tegar dalam menghadapi persoalan hidup. Tanpa kehadiran sosok ayah yang mendampingi ku tentu ada sosok lain yang menggantikannya tidak lain dan tidak bukan adalah ibu. Ibu bagi ku adalah sosok luar biasa yang memiliki peran ganda oleh keadaan, ia menjadi sosok ibu yang penuh kasih sayang dalam merawat anaknya hingga menjadi sosok perkasa mencari nafkah untuk membiayai kehidupan keempat anaknya. Memang aku tak pernah kekurangan kasih sayang

Penikmat Senja Yang Belum Bisa Move On

             Hanya dia yang bisa membuatku jatuh cinta seperti ini. Tapi sayang dia telah pergi meninggalkan sebuah kenangan yang sulit kulupakan. Saat aku tertawa bersama nya, saat aku menangisi kesedihanku dimana aku begitu  kehilangan nya. Saat aku menikmati indahnya senja, disitu aku tersenyum mengingat mu. Dan mungkin aku tak bisa menikmati hangatnya pelukmu.  Aku sangat rindu padamu. Bahkan jika kau tau, kau takkan tega melihatku terus mengingatmu. Saat ini aku belum menemukan penggantimu. Bukan karna tidak ada yang kusayang selainmu. Tapi ia beda denganmu. Belum ada seorang pun yang bisa menggantikan mu. Aku berharap Tuhan mempertemukan ku dengan cinta yang sepertimu lagi.          Sungguh rindu ini tak mampu ku simpan didalam hati ini. Saat menatap foto mu, aku selalu berharap kau juga berada disampingku. Melihat kesedihanku dan mencoba menghapus kesedihan ini. Kau harus tau betapa aku mencintaimu.

Menunggu Cinta Seperti Senja

Kenapa senja yang paling ditunggu? karena ia akan memulai esok yang baru. Ntah itu esok yang lebih baik dari hari ini atau malah sebaliknya. Senja kadang merah merekah, bahagia dan kadang juga hitam berduka. Tapi langit terima apa adanya. Senja mengajarkan perpisahan tanpa senyuman dan lambaian tangan. Senja mengajarkan arti menunggu dan merindu. Dimana ada orang yang selalu aku tunggu kehadirannya disini tapi sayang dia telah tiada dan pergi jauh. Kadang saat aku merindukannya, aku melihat senja yang indah dimana bermakna bahwa sesuatu yang indah akan pergi juga.         Senja kabarkan padanya yang jauh disana, aku rindu. Sangat rindu sekali. Apakah aku bisa menemukan cinta seperti itu lagi? Sangat berat rindu ini bahkan aku ingin memeluknya. Bisakah kita bertemu semalam lagi, meski dalam mimpi. Rindu tak lagi punya ruang pada senja yang gerimis. Mengutuk langit tersebab menunda pelangi, lagi dan lagi. Aku merindukan mu sebanyak aku merindukan jingga nya senja. Kala diri mu pergi